berkepribadian ala Rasulullah SAW

BERKEPRIBADIAN PROFETIK
Dalam bulan ini, banyak peristiwa penting terjadi baik berskala “nasional UII”, nasional Indonesia, maupun berskala Internasional. Yang berskala Internasional misalnya jatuhnya Hosni Mubarak dari kursi kepresidenan Mesir yang telah digenggamnya lebih dari 30 tahun, menyusul jatuhnya Mantan Presiden Ben Ali di Tunisia dan lain-lain. Yang berskala nasional Indonesia, terjadi kerusuhan di Temanggung yang dipicu kasus penistaan agama dan penyerangan dan aksi kekerasan kepada kelompok Ahmadiyah di Cikeusik Banten, dan lain-lain. Yang berskala nasional UII adalah telah terlaksananya training ESQ untuk tenaga kependidikan di UII, setelah sebelumnya berlangsung training serupa untuk struktural edukatif, dan lain-lain. Kalau kita cermati, hal-hal itu semua ada hubungannya dengan kepribadian dan akhlak manusia. Oleh karena itu, tepat sekali kalau dalam tajuk dibahas tentang pembentukan kepribadian dan akhlak manusia yang berlandaskan pada kepribadian profetik paripurna yang diteladankan oleh Rasulullah SAW, karena bulan ini juga bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa kepribadian dan akhlak Muhammad SAW adalah sangat luar biasa. Bahkan Michael H. Hart (seorang non muslim), penulis buku termasyhur yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi “Seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah” menempatkan Nabi Muhammad sebagai orang nomor satu (1) tokoh paling berpengaruh dalam sejarah melebihi Nabi Isa, Isaac Newton, Budha, St. Paul dan lain-lain. Michael H. Hart menyatakan: “Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.”
Di antara fungsi training ESQ di UII adalah agar civitas akademika edukatif dan non edukatif UII dapat berakhlak dan berkepribadian islami sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Yang paling utama ada empat sifat utama Rasulullah SAW yang harus diteladani oleh umat Islam. Pertama, Sidik yang berarti jujur, memiliki integritas. Saat ini kita membutuhkan tokoh, pemimpin dan masyarakat yang jujur dan berintegritas tinggi karena akan melahirkan kemakmuran. Pemimpin yang sidiq tidak akan mempergunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya atau kelompoknya.
Kedua, fatonah yang berarti cerdas. Masyarakat kita yang mayoritas muslim harus dapat memilih pemimpin yang cerdas yang berusaha meningkatkan pengetahuan sehingga dapat bersikap arif dan bijaksana kepada siapa pun. Tidak menangnya sendiri dan gampang marah kalau menemukan kesalahan pada bawahannya. Nabi Muhammad SAW terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Umar, Rasul pernah berkata, “Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain.” Mengenai Ali, Rasul SAW bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. “Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya.” “Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik.” Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah…ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum meneladani sunnah Nabi.
Ketiga, amanah yang berarti seorang yang profesional dan bertanggung jawab. Nabi menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kewajibannya. Tidak menempatkan kepentingan pribadi Dan tentu saja hal ini menimbulkan kepercayaan. Terakhir, sifat tabligh yang berarti menyampaikan atau mampu berkomunikasi dengan baik.
Beliau baik akhlaknya, tampan rupanya. Tubuhnya atletis dan selalu terawat bersih. Beliau lemah lembut namun ksatria, ramah tapi serius, dan otaknya cerdas. Tangannya sangat senang memberi, hatinya sangat berani dan lidahnya sangat bisa dipercaya. Pada malam hari beliau hanya tidur sebentar, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk ibadah. Beliau sangat menyayangi orang miskin, mencintai anak-anak dan menghormati wanita. Beliau bagaikan seorang ayah bagi sahabat, sangat pemaaf, bahkan terhadap bekas musuhnya. Akhlaknya adalah Alquran, lemah lembut, kasih sayang, mencintai dan dicintai. Kini secara fisik, Rasulullah SAW tidak hadir lagi ditengah-tengah umat, namun keteladanannya tetap dapat “dilihat” seluruh umat manusia.
Rasulullah SAW menegaskan, “Allah SWT hanya memberikan kasih sayangnya kepada hamba-hambanya yang penuh kasih.” (HR ath-Thabrani). Merupakan kesalahan jika Islam dipersepsikan sebagai agama keras atau mengajarkan kekerasan. Begitu juga tindakan-tindakan sebagian pemeluknya yang dapat mencoreng wajah santun dan lemah lembut Islam.
Al-Aqra` ibn Habis at-Tamimin suatu hari melihat Rasulullah SAW mencium kedua cucunya, Hasan dan Husain. Dia heran kemudian berkata kepada Rasulullah, “Aku adalah orang yang punya sepuluh anak, namun aku tidak pernah mencium satu pun di antara mereka.” Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Sesungguhnya orang yang tidak punya kasih sayang tidak akan dirahmati (Allah SWT).” (HR Ahmad dan lain-lain).

Al-Aqra` melihat bahwa kelembutan dan kasih sayang hanya tumbuh dari sifat tak berdaya dan kehinaan. Padahal, kekuatan dan kebesaran yang sesungguhnya adalah jika sesorang mampu menampilkan kelembutan dan kasih sayang. Kelembutan dan kasih sayang itulah justru yang mampu menjadi metode ampuh dalam berdakwah dan menyelesaikan permasalahan.
Kita seharusnya mampu menjadi muslim yang santun, punya kepedulian dan rasa kasih sayang kepada semua orang yang membutuhkannya, termasuk orang-orang yang membutuhkan bimbingan keagamaan karena akidahnya yang sesat. Kita juga harus berupaya sekuat tenaga untuk dapat meniru semua perilakunya yang indah, semua budi pekertinya yang agung. Semoga Allah memberi inayah kepada kita semua untuk dapat berkepribadian profetik dengan meneladani semua akhlak Rasulullah SAW. Amin.

Leave a comment